21 Okt 2014

Protein



PROTEIN;
Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein

BAB I
PENDAHULUAN
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.  Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara kualitatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.
Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.
Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.




BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-bahan, dan prosedur-prosedur sebagai berikut :
  1.  Alat


  1. Pipet tetes
  2. Tabung reaksi
  3. Rak tabung reaksi
  4. Penjepit tabung reaksi
  5. Penangas air
  6. Alat permanas
  7. Pengatur waktu
  8. Pipet ukur





  1. Bahan


  1. Albumin 2 %
  2. Gelatin 2 %
  3. Kasein 0,5 %
  4. Pepton 0,5 %
  5. Glisin 2 %
  6. Pereaksi Ninhidrin 0.1 %
  7. Triptofan 2 %
  8. Larutan HNO3 Pekat
  9. Larutan NaOH 10 %
  10. Larutan CuSO4 0.2 %
  11. Fenilanalina 2 %
  12. Larutan Kasein Netral
  13. Buffer asetat pH : 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; 5,9
  14. Akuadestilata
  15. Larutan HCl 10 %
  16. Larutan NaOH 40 %
  17. Alkohol 96 %
  18. Kloroform



  1. Prosedur
1.       Uji Biuret
·         Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
·         Tambahkan pada setiap tabung  1 mL NaOH 10 % dan CuSO4 0.2 % sebanya 3 tetes.
·         Campur dengan baik.
·         Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

2.      Uji Ninhidrin
·         Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
·         Tambahkan pada setiap tabung  5 tetes pereaksi Ninhidrin
·         Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
·         Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
3.      Uji Xantoprotein
·         Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.
·         Tambahkan pada setiap tabung  1 mL HNO3 pekat. Perhatikan adanya endpan putih yang terbentuk
·         Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi berwarna kuning.
·         Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
·         Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan NaOH tebentuk warna jingga.
4.      Uji Kelarutan Protein
·         Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu masing-masing diisi dengan akudestilata, HCl 10 %, NaOH 40 %, alkohol 96 %, dan kloroform sebanyak 1 mL
·         Tambahkan pada setiap tabung 2 mL albumin telur
·         Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
·         Ulangi percobaan menggunakan gelatin
5.      Uji Penentuan Titik Isoelektrik Protein
·         Sediakan 5 tabung reaksi yang berisih dan kering, lalau masing-masing diisi sengan larutan kasein netral sebanyak 1 mL.
·         Tambahkan pada setiap tabung 1 mL buffer asetat masing-masing dari pH 3.8; 4.7; 5.0; 5.3; dan 5.9
·         Kocoklah campuran dengan baik, lalau catat derajat kekeruahnya setelah 0, 10, dan 30 menit.
·         Perhatikan hasilnya, yaitu pada tabung beberapa bentuk endapan maksimal
·         Selanjutnya panaskan semua tabung di dalam penangas air.
·         Amati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan, palng cepat atau paling banyak merupakan titik isoelektriknya.
     
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Uji Biuret
No.
Zat Uji
Hasil Uji Biuret
Polipetida (+/-)
1
Albumin 2 %
Berwarna Ungu
+
2
Gelatin 2%
Berwarna Violet
+
3
Kasein 0.5%
Berwarna Ungu
+
4
Glisin 2%
Berwarna Biru
-
      Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.
      Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida :
Ikatan peptida
 











      Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.

B.     Uji Ninhidrin
     
No.
Zat Uji
Hasil Uji Ninhidrin
Asam amino bebas (+/-)
1
Albumin 2 %
Berwarna Ungu
+
2
Gelatin 2%
Berwarna Ungu
+
3
Kasein 0.5%
Bening
-
4
Pepton 2%
Berwarna Merah Muda
-
5
Fenilanalina
Berwarna Ungu
+

            Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.
            Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.



C.    Uji Xantoprotein

No.
Zat Uji
Hasil Uji Xantoprotein
Asam amino berinti benzena (+/-)
1
Albumin 2 %
Lapisan Jingga
+
2
Gelatin 2%
Bening
-
3
Kasein 0.5%
Lapisan Merah
-
4
Triptofan 2%
Lapisan Kuning Jingga
+

      Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada praktikum di atas, hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga.
      Sedangkan, pada kasein dan gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif. Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :
                       
                     —CH2CHCO2OH
                                 
        NH2
Feinilanalina
D.    Uji Kelarutan Protein
No.
Zat Uji
Akuadestilata
HCl 10 %
NaOH 40 %
Alkohol 96 %
Kloroform
1
Albumin
Larut
Larut
Tidak Larut
Larut
Tidak Larut
2
Gelatin
Larut
Larut
Tidak Larut
Larut
Tidak Larut

      Protein mempunyai kemampuan untuk larut pada beberapa zat pelarut, karena pada dasarnya ia bersifat amfoter. Pada praktikum di atas, protein (albumin dan gelatin) tidak larut hanya pada NaOH 40 % dan kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut lemak.

E.     UJI Penentuan Titik Isoelektrik Protein

No. Tabung
pH
Pengamatan Endapan, sedikit atau banyak
1
3.8
0; Endapan Banyak
10; Endapan Banyak
30; Endapan Banyak
2
4.7
0; Endapan Sedikit
10; Endapan Sedikit
30; Endapan Sedikit
3
5.0
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
30; Tidak Ada
4
5.3
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
30; Tidak Ada
5
5.9
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
30; Tidak Ada
Setelah dipanaskanm, hasilnya sama dengan hasil semula.

      Pada praktikum di atas, semaikn kecil pH buffer asetatnya, semakin banyak endapannya. Karena pH yang kecil dan benyak membantuk endapan berarti selisih muatan listriknya antara yang positif dan negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan membantuk endapan atau warna keruh. Jadi, pada pH 3,8 dan 4,7 sebagai dua pH terkecil dapat membentuk endapan, karena terbentuk muatan negatif dan positif yang sama.


BAB V
KESIMPULAN

  • Albumin, Gelatin, Kasein positif Polipetida. Sedangkan, Glisin negatif.
  • Pada Albumin, Geltain, Fenilanalin, terdapat asam amino bebas. Sedangkan Kasein dan Pepton tidak.
  • Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan Gelatin dan Kasein tidak.
  • Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96 %. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.
  • Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan yang terbentuk.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar